Secara geografis Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran berada di Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Kawasan wisata ini lebih dikenal oleh masyarakat umum sebagai Cagar alam, padahal kawasan Cagar Alam Pananjung Pangandaran sendiri merupakan kawasan konservasi yang berbeda letak keberadaannya dan terpisah oleh beberapa sungai yang ada di semenanjung ini.
Sebagai kawasan konservasi, di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran sendiri masih menerapkan prinsip - prinsip konservasi walaupun peruntukkannya untuk pariwisata. Terdapat beberapa objek dengan daya tarik wisata yang menjadi ciri khas TWA Pananjung Pangandaran yaitu Goa - goa alam, Goa buatan, pantai, kekhasan flora dan beberapa satwa liar yang hidup di hutan TWA Pananjung Pangandaran. Salah satu ciri yang membedakan TWA Pananjung Pangandaran dengan Cagar Alam yaitu di TWA terdapat jalur atau track wisata yang khusus disediakan untuk kemudahan pengunjung mengeksplorasi keindahan TWA Pananjung Pangandaran.
Sebelum ditetapkan menjadi Taman Wisata Alam, kawasan hutan ini mempunyai sejarah yang cukup panjang dimulai sejak jaman kerajaan Pananjung yang dicirikan dengan adanya situs Batu Kalde, dilanjutkan dengan jaman kolonial Belanda dimana pada tahun 1921 Y. Eycken sebagai Residen Priangan waktu itu mengusulkan untuk menjadikan hutan di semenanjung Pangandaran sebagai Taman Buru dengan memasukkan 1 ekor Banteng, 3 ekor Sapi bali dan beberapa Rusa India. Pada perkembangannya, Banteng - banteng tersebut dapat beradaptasi dan berkembang biak sementara hal berbeda untuk Rusa india yang tidak mampu beradaptasi dengan habitat baru nya. Melihat perkembangan populasi Banteng dan satwa asli yang menghuni hutan tersebut pada tahun 1934 hutan ini dijadikan sebagai Suaka Margasatwa berdasarkan Gb Tanggal 7 Desember 1934 Nomor 19 Stbl. 669, dengan luas 530 ha yang dikeluarkan oleh Directour Van Scomische Zoken. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya setelah diketemukan bunga Rafflesia padma, status Suaka Margasatwa dirubah menjadi Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 34/KMP/1961 seluas 457 Ha. Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan rekreasi, maka sebagian kawasan seluas 37,70 Ha dijadikan Hutan Wisata dalam bentuk Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 170/Kpts/Um/3/1978 tanggal 10 Maret 1978 sementara kawasan Cagar Alam Pananjung Pangandaran seluas 419,3 Ha dan terakhir diperbaharui melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. SK. 484/MENHUT-II/2010 yang menetapkan kawasan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran seluas 34,321 Ha sementara Cagar Alam Pananjung Pangandaran seluas 454,615 Ha.
Pengelolaan TWA Pananjung Pangandaran berada di bawah Resor KSDA Wilayah XXI Pangandaran, Seksi Konservasi Wilayah VI, Bidang KSDA Wilayah III, BBKSDA Jawa Barat. Sementara untuk pengusahaan pariwisata TWA Pananjung Pangandaran oleh Perhutani melalui Ijin Pengusahaan Pariwisata ALam (IPPA) berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 341/Kpts-II/1996.
Potensi Flora
TWA Pananjung Pangandaran mempunyai 2 tipe ekosistem ; ekosistem dataran rendah dimana tumbuhannya didominasi oleh Kokosan Monyet (Dysoxylum caulostachyum), Caruy (Pterospermum javanicum), Marong (Cratoxylon formosum), Laban (Vitex pubescens), Ficus sp. dan lain sebagainya dan ekosistem hutan tanaman yang didominasi oleh Jati (Tectona grandis) dan Mahoni (Swietenia macrophylla). Di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran sendiri bisa dijumpai Rafflesia patma yang termasuk tumbuhan dilindungi dan seiring perkembangan waktu agak sulit untuk melihat kembali Rafflesia patma tersebut mekar di Taman Wisata Alam. Namun begitu, Rafflesia patma masih sering dijumpai di kawasan Cagar Alam yang habitatnya tidak terganggu oleh keberadaan manusia.
Potensi Fauna
Terdapat beberapa jenis fauna yang sering dijumpai di TWA Pananjung Pangandaan, diantaranya Rusa timor (Rusa timorensis ), Tando (Cynocephalus variegatus), Landak jawa (Hystrix javanica), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Lutung budeng(Tracypithecus auratus), Kangkareng (Antharacoceros albirostris), Kancil (Tragulus javanicus), Trenggiling (Manis javanica) dan sebagainya.
Potensi Wisata
Selain eksplorasi kawasan hutan yang masih cukup alami dengan sarana jalan wisata yang cukup bagus, di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran sendiri terdapat beberapa Goa - goa alam dan Goa buatan seperti Goa Panggung, Goa Parat, Goa Miring, Goa Sumur Mudal, Goa Lanang, dan Goa / Bunker Jepang (Goa buatan). Selain itu pengunjung juga bisa menikmati keindahan pantai - pantai yang ada seperti pantai pasir putih timur Cirengganis dengan sunrise nya dan pantai Ciborok di sebelah barat dengan keindahan sunsetnya.
Tarif tiket masuk
Sebagai kawasan konservasi, di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran sendiri masih menerapkan prinsip - prinsip konservasi walaupun peruntukkannya untuk pariwisata. Terdapat beberapa objek dengan daya tarik wisata yang menjadi ciri khas TWA Pananjung Pangandaran yaitu Goa - goa alam, Goa buatan, pantai, kekhasan flora dan beberapa satwa liar yang hidup di hutan TWA Pananjung Pangandaran. Salah satu ciri yang membedakan TWA Pananjung Pangandaran dengan Cagar Alam yaitu di TWA terdapat jalur atau track wisata yang khusus disediakan untuk kemudahan pengunjung mengeksplorasi keindahan TWA Pananjung Pangandaran.
Sebelum ditetapkan menjadi Taman Wisata Alam, kawasan hutan ini mempunyai sejarah yang cukup panjang dimulai sejak jaman kerajaan Pananjung yang dicirikan dengan adanya situs Batu Kalde, dilanjutkan dengan jaman kolonial Belanda dimana pada tahun 1921 Y. Eycken sebagai Residen Priangan waktu itu mengusulkan untuk menjadikan hutan di semenanjung Pangandaran sebagai Taman Buru dengan memasukkan 1 ekor Banteng, 3 ekor Sapi bali dan beberapa Rusa India. Pada perkembangannya, Banteng - banteng tersebut dapat beradaptasi dan berkembang biak sementara hal berbeda untuk Rusa india yang tidak mampu beradaptasi dengan habitat baru nya. Melihat perkembangan populasi Banteng dan satwa asli yang menghuni hutan tersebut pada tahun 1934 hutan ini dijadikan sebagai Suaka Margasatwa berdasarkan Gb Tanggal 7 Desember 1934 Nomor 19 Stbl. 669, dengan luas 530 ha yang dikeluarkan oleh Directour Van Scomische Zoken. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya setelah diketemukan bunga Rafflesia padma, status Suaka Margasatwa dirubah menjadi Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 34/KMP/1961 seluas 457 Ha. Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan rekreasi, maka sebagian kawasan seluas 37,70 Ha dijadikan Hutan Wisata dalam bentuk Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 170/Kpts/Um/3/1978 tanggal 10 Maret 1978 sementara kawasan Cagar Alam Pananjung Pangandaran seluas 419,3 Ha dan terakhir diperbaharui melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. SK. 484/MENHUT-II/2010 yang menetapkan kawasan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran seluas 34,321 Ha sementara Cagar Alam Pananjung Pangandaran seluas 454,615 Ha.
Pengelolaan TWA Pananjung Pangandaran berada di bawah Resor KSDA Wilayah XXI Pangandaran, Seksi Konservasi Wilayah VI, Bidang KSDA Wilayah III, BBKSDA Jawa Barat. Sementara untuk pengusahaan pariwisata TWA Pananjung Pangandaran oleh Perhutani melalui Ijin Pengusahaan Pariwisata ALam (IPPA) berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 341/Kpts-II/1996.
Potensi Flora
TWA Pananjung Pangandaran mempunyai 2 tipe ekosistem ; ekosistem dataran rendah dimana tumbuhannya didominasi oleh Kokosan Monyet (Dysoxylum caulostachyum), Caruy (Pterospermum javanicum), Marong (Cratoxylon formosum), Laban (Vitex pubescens), Ficus sp. dan lain sebagainya dan ekosistem hutan tanaman yang didominasi oleh Jati (Tectona grandis) dan Mahoni (Swietenia macrophylla). Di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran sendiri bisa dijumpai Rafflesia patma yang termasuk tumbuhan dilindungi dan seiring perkembangan waktu agak sulit untuk melihat kembali Rafflesia patma tersebut mekar di Taman Wisata Alam. Namun begitu, Rafflesia patma masih sering dijumpai di kawasan Cagar Alam yang habitatnya tidak terganggu oleh keberadaan manusia.
Potensi Fauna
Terdapat beberapa jenis fauna yang sering dijumpai di TWA Pananjung Pangandaan, diantaranya Rusa timor (Rusa timorensis ), Tando (Cynocephalus variegatus), Landak jawa (Hystrix javanica), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Lutung budeng(Tracypithecus auratus), Kangkareng (Antharacoceros albirostris), Kancil (Tragulus javanicus), Trenggiling (Manis javanica) dan sebagainya.
Potensi Wisata
Selain eksplorasi kawasan hutan yang masih cukup alami dengan sarana jalan wisata yang cukup bagus, di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran sendiri terdapat beberapa Goa - goa alam dan Goa buatan seperti Goa Panggung, Goa Parat, Goa Miring, Goa Sumur Mudal, Goa Lanang, dan Goa / Bunker Jepang (Goa buatan). Selain itu pengunjung juga bisa menikmati keindahan pantai - pantai yang ada seperti pantai pasir putih timur Cirengganis dengan sunrise nya dan pantai Ciborok di sebelah barat dengan keindahan sunsetnya.
Pantai Ciborok, TWA Pananjung Pangandaran |
Tarif tiket masuk
HARI
KERJA
|
HARI
LIBUR NASIONAL
|
|
WISATAWAN
NUSANTARA
|
Rp.16.000,-
|
Rp.21.000,-
|
WISATAWAN
MANCANEGARA
|
Rp.210.000,-
|
Rp.315.000,-
|